Malanginside

18 December 2008

Liburan akhir Tahun

Liburan akhir tahun, mau ngapain?

Darma termangu berpikir di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta sore hari.

Ide demi ide bermunculan, usul demi usul muncul kembali di pikiran. Mau ngapain?

Jalan2 wisata ke luar negeri? Ah .. Nilai mata uang asing sedang tinggi, mata uang kita sedang terpuruk. Semuanya menjadi serba mahal di luar negeri. Pasti nanti akan tergiur juga untuk belanja.

‘Sungguh pemborosan!!', pikirnya sambil menggosok-gosok dagu.

Jalan2 ke luar kota? Masih jelas terbayang seluk beluk jalan dengan kerlap kerlip lampu di tengah kemacetan mobil berikut orang2nya di sepanjang jalan.

‘Ah .. terlalu ramai', ujarnya sambil injak gas perlahan.

Mobil maju sedikit, lalu berhenti lagi.

Jalan2 di mal saja? Hmm... bosan, rasanya kok itu itu saja. Masak sepanjang tahun di sini saja, dari mal ke mal.


'Capek kalau 'hang out' dan 'clubbing' terus', keluhnya dalam hati sambil menoleh ke kanan, melotot pada kernet bus yang teriak-teriak minta jalan.

Darma menarik nafas panjang. Lelah dan bosan mulai menghinggap, entah oleh ulah kernet bus tadi, atau oleh gaya hidup yang selama ini dijalani, atau pula karena tidak tahu mau ke mana acara liburan akhir tahun nanti.

Secara tidak sengaja dia melirik pada kaca spion di depan, terlihat raut wajah lelah di sana. Darma mendekatkan wajahnya biar lebih jelas melihat. 'Ups!! .....', Lalu segera tarik mundur kembali menjauh dari kaca itu, seakan-akan ada sesuatu yang mengejutkan di sana. Matanya menyipit sambil melihat cermin dirinya di balik kaca itu, seakan ingin memastikan sesuatu. Kembali dia menarik nafas panjang, kali ini dia menerawang ke luar jendela mobilnya.

'Tahun ini saya sudah 30 tahun, tahun depan 31', ucapnya kecil, dalam hati.

Pikiran yang tadinya mengarah tentang tempat wisata tiba-tiba berubah menjadi wisata pikiran sendiri.

'Mau kemana hidup ini saya bawa?'.

Darma meneruskan ‘wisata pikiran'nya.

Dia baru saja selesai rapat tentang business plan tahun depan di kantor tadi, tentang target penjualan tahun 2008. Minggu depan akan ada rapat lanjutan setelah tadi masing-masing divisi diminta untuk menyusun strategi guna mencapai target tersebut.

'Lalu, apa target pribadi saya buat tahun depan? 31 tahun, bukan main. Apa target hidup saya?'.

Pikiran Darma kembali berwisata jauh menembus kemacetan menderu.

Hidup ini hanya sekali. Ibarat air, hari demi hari yang kita lalui tidak pernah akan kembali. Waktu juga tidak pernah menunggu, berjalan begitu saja tanpa peduli apa yang telah kita lakukan. Masing-masing punya tanggung jawab atas waktunya sendiri.

'Apakah saya cukup bertanggung jawab atas waktu saya sendiri?', tanyanya dalam hati.

'Apakah tujuan hidup saya sudah tercapai?'.

Tujuan hidup???!!

Tiba-tiba dia merasa kering di kerongkongan.

'Apa tujuan hidup saya?'.

Bayangan episode demi episode kehidupan muncul bergantian. Ayah, ibu, adik, teman, guru SD, SMP, SMU, kuliah, bolos, nyontek waktu ulangan, pesta hura-hura, hingga kehidupan sosial selepas jam kantor.

‘Ah ... apa tujuan hidup saya? Sekian lama saya sekolah, sekian lama saya dibimbing orangtua, kuliah susah payah, dingin menembus hujan sepulang kuliah, lembur tidak tidur berhari-hari nyusun skripsi ... masak begitu saja'.

Ada rasa mendongkol di dalam .. entah oleh karena deruman bus di samping yang tidak sabar ingin menyalip, atau karena merasa tidak bisa menjawab dirinya sendiri. Ada juga rasa kering di ujung kerongkongan.

'Apa rencana hidup selanjutnya? Apakah terus seperti sekarang ini?'.

Darma menelan ludah, sedih.

'Saya sudah tahu apa acara untuk liburan akhir tahun ini', jawabnya dalam hati.

'Sudah waktunya bagi saya untuk bertemu dengan diri sendiri, merenungi apa yang telah kujalankan selama 30 tahun ini dan berpikir tentang rencana ke depan. Apa tujuan hidup saya ini? Kemana akan kubawa hidup yang hanya sekali ini?'.

Darma terdiam sejenak sambil menatap warna langit yang mulai gelap.

'Ibarat kapal, sudah waktunya memikirkan kemana tujuan kapal ini biar tidak terombang ambing oleh ombak kehidupan. Pelabuhan mana yang akan saya tuju, agar saya tahu apa yang perlu saya lakukan untuk mencapai pelabuhan tadi ... dan yang terpenting, bagaimana saya akan menjalankannya .. mengarungi samudra kehidupan ini'.

Dia tersenyum kecil, lalu berujar pada cerminan dirinya di balik kaca spion tadi.

‘Hidup ini hanya sekali, harus dijalani dengan penuh arti'.

Lalu dia mengangguk mantap, lega dan ringan.

'Saya harus punya personal planku sendiri!! Ya .... Goal setting for my own life!!'.

Apa rencana hidupmu untuk 2008, sobatku?


posted by Dimas at 3:59 PM

<< Home