Malanginside

21 September 2008

Nasihat siburuk rupa

SEORANG Gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah warganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Tentu saja semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Siapa tidak senang diberi uang secara gratis tanpa persyaratan yang macam-macam.

Namun, seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah buruk yang hadir terlihat diam, ia tidak bergerak untuk memunguti uang yang ditabur gubernur tersebut. Ia hanya memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya tetapi seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.

Dengan keheranan gubernur tersebut bertanya kepada wanita tersebut, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?"

Wanita yang sudah tidak bersuami itu (janda) menjawab, "Tuanku, yang mereka cari itu uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya perlukan bukan dinar melainkan bekal akhirat."

"Maksud engkau?" tanya sang gabernur mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu. "Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu sholat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal."

Mendengar jawaban tersebut, gabernur merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah ruah, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail jelas sudah mengintainya.

Akhirnya sang gabernur jatuh cinta kepada perempua lusuh yang berparas buruk rupa itu. Tentu saja, kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis fikir, bagaimana seorang gabernur yang mempunyai kekuasaan dan harta menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang buruk itu.

Untuk menjawab prasangka yang tidak baik tersebut, maka pada suatu kesempatan, gabernur mengundang mereka dalam sebuah pesta mewah. Begitu juga para warganya, termasuk wanita yang dicintainya tersebut. Kepada mereka diberikan gelas kristal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gabernur lalu memerintah agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Tiba-tiba terdengar bunyi berdenting, pertanda ada orang yang melaksanakan perintah itu.

Tentu saja semua terkejut, mereka jelas berpikiran hanya orang gila saja yang akan melemparkan gelas kristal yang bertahta permata tersebut. Selidik punya selidik, rupanya yang memecahkan gelas mahal itu adalah perempuan yang berwajah buruk tersebut. Di kakinya pecahan gelas berhamburan.

Gabernur lalu bertanya, "Mengapa kaubanting gelas itu?" Tanpa takut wanita itu menjawab, "Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa tuan berkurang lantaran perintah tuan tidak dipatuhi." Gabernur terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu. Sebab lainnya?" tanya Gabernur. Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya mentaati perintah Allah. Sebab di dalam Al-Quran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah tuan." Gubernur kian takjub. Demikian pula paran tamunya. "Masih ada sebab lain?"

Perempua itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengan saya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah gubernurnya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya."

Maka ketika kemudian gubernur yang kematian isteri itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkan berbalik sangat gembira karena gubernur memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernurnya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.

Sebuah kisah yang penuh hikmah. Apalagi saat ini kita melihat, kekayaan dan rupa menjadi salah satu sebab orang menghargai seseorang. Sementara kemiskinan dan buruk rupa menyebabkan orang menjauh darinya.

Padahal tidak demikian. Belum tentu kekayaan yang kita dapatkan dan rupa yang ada pada diri kita menyebabkan kita akan selamat dunia akhirat, karena bagaimanapun ini akan dipertanggungjawabkan. Sementara kemiskinan dan buruk rupa yang didapatkan seseorang bisa menjadi ladang amal bagi dirinya, jika ia sabar dan bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepadanya.
Di sinilah hikmah yang paling dalam terkandung dalam kisah ini, mudah-mudahan hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua, terutama bagi mereka-mereka yang ingin mencari pasangan, jangan hanya memprioritaskan kepada kekayaan dan rupa semata, tetapi keimanan dan ketakwaan kepada Allah diabaikan. Karena kekayaan setiap saat bisa diambil Allah, rupa yang cantik dan elok juga bisa hilang seketika. Tetapi yakinlah, kalau keimanan dan ketakwaan menjadi kunci insya Allah, pintu dunia dan akhirat akan terbuka untuk kita. Tapi sudah jelek penghianat pula? adalah termasuk orang yang paling rugi di dunia dan di akhirat, wallahualam....


posted by Dimas at 1:35 PM

<< Home